Pengulangan yang menyakitkan


Apa yang sedang gua rasakan pada saat menulis semua ini adalah apa yang pernah gua rasakan sebelumnya. Sungguh sial memang, gua kembali harus menelan pil pahit ini untuk kesekian kalinya. Gua kembali merasakan semua ini karna sikap toleran gua pada waktu itu. Tapi untuk saat ini, gua akan bersikap intoleran meski konsekuensi yang harus gua terima akan menyakitkan.

Maaf, kalau pada akhirnya sikap intoleran ini harus gua ambil. Itu karna ketidak inginan gua untuk merasakan hal seperti ini lagi. ketidak nyamanan gua atas apa yang ia lakukan di belakang gua.

Bagaimana bisa gua mengambil keputusan macam ini ? Itu tak terlepas dari apa yang dia perbuat beberapa hari belakangan ini. Mulai dari hal yang menurut dia sepele yang justru bagi gua itu adalah hal harus segera di sikapi olehnya sampai kepada hal yang benar-benar membuat gua seperti berada di ruang otopsi meski dalam keadaan hidup gua akan siap di bedah, benar-benar mengerikan.

Semuanya bermula ketika hasrat untuk mengetahui selak beluk tentang jejaring sosial bernama Twitter itu muncul di benak gua. Gua yang dari awal boomingnya Twitter ini begitu acuh dan menganggap kalau membuat akun Twitter adalah sesuatu hal yang sia-sia mendadak ingin mengetahuinya. Keingin tahuan gua tersebut tak lepas dari dia yang ternyata sudah mempunyai akun Twitter. Yah, kalau mau dibilang ini sebagai control gua terhadap dirinya.

Semuanya masih berjalan normal hingga pada satu titik gua menjadi terperangah ketika melihat akun Twitter miliknya. Ternyata dia benar-benar memanfaatkan keadaan gua yang acuh terhadap Twitter untuk menjalin komunikasi dengan cowok lain. Sebetulnya ini bukan suatu perkara besar karna gua tidak mempunyai hak apapun untuk melarang dia untuk membangun komunikasi dengan siapapun. Tapi yang gua perkarain disini adalah sebelumnya ia pernah mengyanggah menjalin komunikasi dengan cowok tersebut. Ia malah pernah menyebutkan bahwa cowok itu justru yang selalu ingin mengetahui kabar tentang dirinya. Tapi apa kenyataannya ? gua justru melihat hal yang berbalik. Dia-lah yang justru telah begitu antusias menanyakan kabar cowok tersebut sampai yang paling membuat gua menjadi pria ringkih adalah ketika dia menawarkan diri untuk ikut bersama cowok itu yang sedang hangout di sebuah café.

Melihat semua itu gua seperti sedang merasakan pancaran sinar Matahari di malam hari. Pikiran gua menjadi rancu seketika. Dua tahun gua dan dia berjalan pada satu sisi yang sama. Sama-sama melewati malam dan siang. Melompati setiap kubangan kecil maupun besar yang menghadang. Membentangkan tangan di antara angin malam yang bertiup kencang tanpa pernah sekalipun tunduk pada rembulan. Kini, apa yang terjadi ? dia telah membuat gua untuk memilih menyebrang dan berjalan sendirian di sisi jalan yang berbeda dengannya.

Masalah ini benar-benar pelik sehingga teriakkan pekik tak mampuh menyelesaikan semua ini. Menghela nafas dalam-dalam pun tak mampuh mengurangi beban yang bertengger di pundak. Hingga akhirnya gua memutuskan untuk bersikap intoleran pada masalah yang tengah merundung kita berdua.

Berat memang. Terlebih lagi, gua telah dengan sembrono melempar lembing-lembing harapan bersamanya. Sialnya, lemparan gua terlalu kuat sehingga lembing tersebut terpental jauh entah kemana.

Hey! Gua masih punya banyak lembing untuk gua lemparkan. Kenapa gua harus meratapi lembing gua yang telah hilang entah kemana itu ? sebuah ketoloan apabila gua tetap terpaku memikirkan dimana lembing itu jatuh untuk gua ambil kembali.

Dengan apa yang sedang gua rasakan saat ini gua jadi bertanya, apa sih sebetulnya esensi dari pacaran itu ? apakah dengan pacaran kita harus mengabdi hanya pada pasangan kita saja ? dan memutus semua selang komunikasi kita dengan orang lain (lawan jenis) yang sebelumnya telah kita jalin jauh sebelum kita berkomitmen untuk menjalin suatu hubungan serius dengan pasangan kita. Jika memang itu esensinya,jujur,gua gak setuju. Mungkin dia juga tidak setuju dengan esensi seperti ini sehingga dia dengan leluasa berkomunikasi dengan cowok-cowok lain. Tapi kenapa dia selalu melarang gua untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dia lakukan: menjalin komunikasi dengan orang lain ?

Masalah ini benar-benar kompleks. Rumit,serumit karya Madilognya Bung Tan yang gua dapat dari situs marxis,lirik-lirik Homicide yang keduanya tak mungkin di cerna hanya dalam sekali membacanya.

Yang jelas untuk saat ini, gua sedang berusaha untuk menghapus semua coretan-coretan yang pernah tergurat dalam buku diary kita berdua. Susah memang menghapusnya. Bahkan tak sanggup di hapus dengan penghapus karet yang di rekomendasikan pemerintah pada semua siswa/I sewaktu akan menghadapi Ujian Nasional. Mungkin harus di robek ? yah, harus di robek dengan begitu hanya akan tersisa sampul depan dan belakangnya saja. Sedangkan isinya, akan gua ganti dengan lembaran yang baru.

AH! Rasanya seperti ingin melompat dari Grand Canyon tanpa satupun alat pengaman yang melekat erat pada tubuh. Dangkal jika itu gua lakukan. Lebih dangkal lagi apabila gua tetap membiarkan hal ini untuk terus terulang esok hari. Intoleran adalah sebuah solusi mutlak, nampaknya.
Yah! Semua ini harus segera di akhiri dan tulisan galau gua ini pun harus gua akhiri sebelum kalian yang membacanya memuntahkan semua isi perut kalian di depan layar monitor. Apakah ada diantara kalian yang saat ini sedang mencibir tulisan gua ini ? itu hak kalian. Terserah kalian mau berkomentar apa. gua cuma mau menunjukkan satu sisi dari diri gua sebagai seorang manusia yang raganya berisi jiwa. Jiwa yang mampuh merasakan rasa. Berbeda dengan kalian yang saat ini seolah-olah tak membutuhkan cinta dan antipati untuk merasakannya. KALIAN BODOH

Cinta Monyet = Cinta Yang Tulus??

Seharian menghabiskan Sabtu di rumah menonton dan mengemil (nyampah abis yaaa:P). Lagi ingin melakukan “sabatical day” alias bersih-bersih rumah. Terlebih lagi melihat pemandangan di luar yang amat tidak mengundang untuk jalan-jalan, dengan kabut tebal dan udara dingin.
Dalam dua hari ini, saya menghabiskan tiga belas episode dari “Glee”, serial drama-komedi dari Amerika yang telah banyak mendapat berbagai nominasi dan penghargaan, salah satunya Golden Globe Award for Best Television Series-Musical or Comedy. Pertama kali mendengar ceritanya dari teman saya, sama sekali tidak tertarik, karena saya tidak terlalu suka serial drama percintaan seperti Gossip Girls, The Hills atau 90210.
Menurut saya, acara-acara ini selalu menunjukkan cantik/ganteng itu berarti tinggi, langsing/kekar, kaya, fashionable, bla…bla…bla..(bukan berarti saya ngiri tanda tak mampu..hahaha). Terlebih lagi jadi banyak remaja-remaja yang kemakan tampilan para aktor dan artis, jadi pada ikutan tambah sulam badan (emang mobil bisa gonta-ganti onderdil).  Saya lebih memilih drama televisi seperti Dr.House, CSI, atau Lie to Me, karena menurut saya, penonton diajak ikut berpikir dengan analisa dan bukti-bukti ilmiah.
Anywayyy, setelah Glee memenangkan berbagai macam penghargaan, saya jadi penasaran ingin menonton. Kisahnya tentang kehidupan anak-anak SMA yang bergabung dengan grup paduan suara yang disebut “Glee Club”, dimana seantero sekolah menganggap bahwa anggota-anggota Glee Club ini adalah “A BIG LOSER”. Sekelompok minoritas ini berjuang untung membuktikan bahwa “being different is being special”. Untuk kisah lengkapnya, harap para pembaca menonton sendiri, biar ga jadi spoiler. Komentar saya pribadi sebagai pecinta musik (apa daya kemampuan tak ada) untuk film ini “BIG LOVE FOR THE MUSIC, BIG NO FOR THE DRAMA”….cheezy bangettttt.



Jadi teringat masa-masa SMA setelah nonton Glee. Biasanya anak-anak SMA punya “fling” dengan lawan jenis. Nahh, drama percintaan anak SMA ini yang biasa disebut dengan CINTA MONYET. Asal muasal sebutan kenapa monyet bukan anjing atau lumba-lumba saya pun tidak tahu (monggo kalau ada yang bisa menjelaskan). Untuk peristiwa cinta monyet ini, saya sendiri kurang berpengalaman karena waktu saya SMA, I’m kind a nerd student, pushed myself to all those piles of books….hahaha.
Tapi kalau dilihat ke belakang, menurut saya cinta monyet itu adalah cinta yang tulus, ini pendapat subjektif lho, pembaca boleh setuju atau tidak. Karena, dua orang yang menjalin kasih di sini menjalani kisah mereka atas dasar cinta yang tulus. Di luar pandangan mereka yang sempit dan belum matang karena batasan umur, mereka ga mikir masa depan, uang, karier, rumah, dll. Kalau dilihat realitanya sekarang, emang bisa hidup dari cinta doankkk, makan tu cinta, it’s a big BULLS***!! Saya hanya mengutip dari film Singapore Dreaming, manusia hidup membutuhkan 5 C: Cash, Car, Credit Card, Condominium, and eventually Coffin.
Apa yang mau saya share di sini adalah keseimbangan antara cinta dan realita (kyk judul sinetron ajaa). Dari apa yang saya lihat, banyak pasangan-pasangan yang sudah menjalin hubungan lama dan langgeng, mereka tetap menjaga percintaan monyet mereka (cinta yang tulus) walaupun seringkali dibumbuin dengan sakit hati, pertengkaran, jungkir balik, kan katanya biar tambah lengkettttt (Love is a challenging rocky road).


Sekian artikel dari penulis yang masih harus makan banyak asam garam percintaan…(halaaahhh kok jadi curcol:P). Ini ada lagu yang cocok buat artikel cinta kali ini, Endless Love by Lionel Ritchie & Diana Ross. Silakan bernostalgila dan monggo diberi pengajaran dari yang lebih berpengalaman.
Keep living with LOVE

Saat Kuutarakan :D



Saat kuutarakan... Mungkin disana kau tengah memendam kecewaan. Seakan kubius engkau dengan jarum runcing tajam dan menyakitkan... Tapi, mungkin inilah yang dinamakan sebuah pilihan. Ada konsekwensi dari apa yang sudah diutarakan. Sesaat ketika engkau menerbangkanku dalam angan-angan.
Aku disini tak bermaksud menancapkan luka lewat perkataan. Tapi, ini semua harus dijelaskan agar tak ada kesalahpahaman. Maafkan.. Jika engkau disana terluka akibat ucapan. Maafkan jika kau tak bisa menerima maksud dari perkataan.
Kucoba menerima apa yang telah kau putuskan. Kemudian kubiarkan kau mengikuti segala kemauan. Aku cukup mengerti dan mengikhlaskan. Tapi satu hal, belum ada akhir dari ujian penantian. Masih panjang jalan perjuangan, ini adalah salah satu hal yang mendewasakan. Dan membuat kita semakin terkuatkan. Inilah yang dinamakan cinta dalam kesederhanaan. Saling mengingatkan bila yang satu dalam kesalahan. Saling menguatkan bila salah satu dalam kelemahan dan bila terjatuh saling membangunkan. Indah, kan?

Bersabarlah... Hingga masa-masa ini mampu kita lewatkan. Berjuanglah hingga ada akhir dari ujian penantian. Tersenyum dan semangatlah dalam meraih impian. Serta yakinlah dibalik kesulitan akan ada kemudahan :) 

Sitemap

Tukeran Banner Blog

BAGI TEMEN-TEMEN YANG MAU PASANG LINK/BANNER NYA DI SINI...
silahkan pasang Link/Banner gue duluan dan konfirmasikan ke email gue coretanputra@gmail.com atau ke twitter gue: @papspir dan atau Komen-komen di bawah Artikel ini

Jangan lupa yah pasang Banner ini:



Banner Blog Sahabat:
keju-basi.blogspot.com

Photobucket

kancut-beringas.blogspot.com


Photobucket

Rumput Langit


Bizwud Rendezvous



Photobucket

TingkatAkhir


Photobucket


My Digital Diary
My Digital Diary
My Digital Diary
My Digital Diary
Agozeee Jrs

 photo 946720_530182693695520_363094952_n_zpsffe3a32a.jpg

Warung Donat | Catatan Harian Pencita Donat

About me


Nama : Putra Andana Purnama

Tmp. Tgl/Lahir : Banjarmasin 14 Mei

Alamat : Jl. Cinere Raya Kec. Limo Kel. Limo Kota Depok.

Contact : email: coretanputra@gmail.com

Hobi : Duduk depan leppy, Design, Creative Blogger

Contact :

Twitter --> @wolesmen
Facebook --> Putra Andana

Bio : Bukan seorang Mr. Twitter, melainkan Mr. Blogger. Superhero mendatang 17+. supporter Persija Jakarta. pecinta Cappucino hangat garis keras!


Contact Form

Name

Email *

Message *